JAKARTA - PT Exelcomindo Pratama Tbk (XL) akan meraup dana segar senilai Rp5,7 - 7,3 triliun dari penjualan sekira 7.000 menara.
Rencana penjualan tersebut guna membiayai sebagian belanja modal (capital expenditur/Capex) 2008 sebesar USD1,25 miliar dan pembayaran utang.
"Untuk melaksanakan rencana penjualan tersebut perseroan telah menunjuk PT Ujatek baru selaku pihak independen yang menilai harga wajar," kata� Corporate Secretary Ike Andriani di Jakarta kemarin.
Ike mengatakan, angka pasti penjualan menara tersebut ditentukan berdasarkan hasil penawaran terbaik dari para investor. Sayangnya dia tidak menjelaskan pihak-pihak yang sudah melakukan penawaran penjualan tersebut.
Menurut Ike, penjualan 7.000 menara tersebut merupakan bagian strategi perusahaan yang memfokuskan bisnisnya pada bidang penyelenggaraan jaringan dan jasa telekomunikasi dari sebelumnya hanya pengelolaan menara telekomunkasi. Selain memanfaatkan pertumbuhan industri menara di Indonesia jelas Ike, rencana penjualan tersebut juga dalam rangka memenuhi ketentuan penggunaan menara telekomunikasi bersama sebagaimana ditetapkan Peraturan Menteri Komunkasi dan Informatika No.02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi.
Ike mengungkapkan, hasil penjualan 7.000 menara tersebut akan digunakan untuk membiayai sebagian belanja modal tahun ini yang naik menjadi USD1,25 miliar dan untuk pembayaran sebagian utang perseroan.
Investor Relations XL Sylvia Hardiman mengatakan, pada tahun ini XL menganggarkan belanja modal sebesar USD1,25 miliar dan agenda pembiayaan kembali (refinancing) sebagian utang perseroan sebesar USD600 juta yang terdiri dari pelunasan obligasi. Adapun sumber pembiayaan belanja modal sebesar USD1,25 miliar tersebut akan menggunakan kas internal USD625 juta dan sisanya pendanaan eksternal. Salah satu sumber pendanaan internal adalah hasil penjualan menara.
Presiden Direktur Ujatek Baru Antonius Setiady mengatakan, nilai pasar wajar penjualan 7.000 menara EXCL mencapai USD635 juta - USD808 juta atau setara Rp5,7 trilun- Rp7,3 triliun dengan kurs 1USD = Rp9.000.
"Nilai pasar wajar tersebut dibuat per 29 Juni 2008," katanya.
Antonius mengatakan, penilaian harga wajar tersebut menggunakan dua pendekatan yaitu metode arus kas yang didiskonto dan metode nilai buku yang disesuaikan. Selain itu jelas dia, pihaknya juga mempertimbangkan data pasar terhadap penjualan menara perusahaan sejenis yaitu Hutchison Telecom kepada PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) per Maret 2008 serta penilaian yang dibuat Morgan Stanley terhadap usaha menara milik Bharti di India.
"Dalam penilaian ini kami menggunakan pendekatan biaya untuk menentukan nilai pasar menara, dan pendekatan pembanding data pasar untuk tanahnya," katanya.
Data per Juni 2008 menyebutkan jumlah aset XL mencapai Rp23 triliun. Jika penjualan menara terealisasi maka total aset perseroan akan menjadi Rp25,4 triliun setelah diasumsikan pembayaran pajak 30 persen untuk laba dari penjualan aktiva tetap. (Whisnu Bagus /Sindo/srn)
Senin, 25 Agustus 2008
7.000 Menara XL Bernilai Rp7,3 triliun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar