JAKARTA - Pada rekrutmen pegawai tahun 2008 nanti, LIPI akan merekrut ahli taksonomi muda sebanyak mungkin karena obyek penelitian taksonomi masih terbuka luas sekali bagi peneliti Indonesia.
"Ilmu taksonomi sangat diperlukan dalam dunia penelitian dan belum banyak peneliti LIPI yang menekuni bidang taksonomi," ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) Prof Dr Umar Anggara Jenis melalui keterangan resminya, Sabtu (23/8/2008).
Diungkapkannya, masih banyak sekali takson (satuan kelompok mahluk hidup) yang belum tersentuh oleh penelitian karena minimnya jumlah taksonom di dunia. Ia memberikan contoh jumlah tumbuhan berbiji untuk kawasan fitogeografi Malesia (Malaysia, Singapura, Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Salomon) diperkirakan mencapai 42.000 jenis.
"Dari jumlah tersebut baru sekira 6300 jenis saja yang diyakini telah tertata dengan baik dan memiliki nama ilmiah yang akurat," tambah Profesor Riset Johanis Palar Mogea yang menekankan pernyataan Umar.
JOhanis Palar sendiri menekuni penelitian taksonomi pertamanya pada tumbuhan salak di tahun 1972. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa saak di dunia ini jumlahnya sekira 22 jenis, termasuk 8 jenis salak baru yang berhasil diidentifikasi. Salah yang jenisnya tersebar mulai dari Birma, Thailand, Malaysia, Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Filipina ini terdapat di hutan-hutan primer, mulai ketinggian 20 meter di atas permukaan laut hingga 900 meter dari permukaan laut.
Selain menekuni tumbuhan salak, Doktor taksonomi lulusan Universitas Indoneia tahun 1991 ini juga meneliti taksonomi tumbuhan kelompok palem yang lain seperti aren dan rotan. Ddari hasil penelitiannya juga diketahui ada dua jenis palem di Indonesia yang berstatus genting. Satu di Bengkulu dan lainnya berada di hutan taman wisata Suka Wacana Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. (srn)
Senin, 25 Agustus 2008
LIPI Minim Peneliti Taksonomi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar