Nina V Fedoroff mati-matian memperjuangkan penerapan diplomasi sains dan teknologi dalam hubungan luar negeri Amerika Serikat (AS).
Wanita 66 tahun ini mampu memberikan warna baru diplomasi AS dengan pendekatan diplomasi yang berbeda, dari Timur Tengah sampai Afrika. Diplomasi sains dan teknologi memberikan atmosfer baru dalam peranan hubungan luar negeri AS di berbagai kawasan dunia.
Fedoroff memberikan contoh diplomasi sains yang diterapkan di Afrika. Di sana AS mengenalkan teknologi energi matahari dan pengembangan pertanian yang berkualitas. Departemen Luar Negeri AS juga mengembangkan interaksi ilmiah dalam isu kesehatan dan air di negara-negara Arab. Bukan hanya kebijakan global yang dilakukan Fedoroff. Dia juga memulai aksi nyata kebijakan diplomasi sains dari sebuah kelompok kecil, yaitu Organisasi Sains Israel- Palestina.
"Saya merasa sains juga menjadi kekuatan nyata yang mampu menjadikan orang bersatu dan bekerja sama," ungkapnya sebagaimana dikutip The New York Times. Fedoroff mengatakan sains dan teknologi mampu merekatkan hubungan antarbangsa.
Dia membuktikan itu ketika banyak negara di dunia tidak menyukai budaya dan politik ala AS. Menurut dia, orang-orang yang tidak suka dengan politik AS itu masih mau bekerja sama dengan Washington dalam bidang sains dan teknologi. Sains juga mampu memperkuat kerja sama politik dalam hubungan suatu negara. Sains pun mampu menjadi jembatan ketika terjadi kesenjangan dalam hal politik dan agama. Itu karena sains merupakan bahasa global yang menjadi suatu hal umum.
"Itulah keajaiban sains," paparnya. Karena itu semua, lanjut Fedoroff, sains mampu menerima prinsip-prinsip demokratis dibandingkan sistem politik manapun karena memiliki referensi eksternal. Semua orang memiliki teoriteori berbeda mengenai suatu hal, tapi mereka dapat membuat eksperimen untuk membuktikannya.
"Walau kita menghadapi perbedaan pendapat, tapi kita tidak dapat memiliki dua bukti.Semuanya harus diuji coba sehingga muncul satu hasil penelitian yang benarbenar teruji," paparnya.
Dalam sains, orang akan melupakan latar belakang, budaya, citra, dan sikap politik. Fedoroff mengatakan, sains dan teknologi adalah sopir atau pilot pada kesuksesan ekonomi pada abad 21.
"Itu tidak dapat disanggah siapa pun?" tekannya. Jumlah penduduk dunia yang mencapai enam miliar orang dan permasalahan yang datang bertubi-tubi harus cepat diselesaikan, seperti makanan, air, energi, dan perubahan iklim.
"Semua permasalahan di dunia ini mampu diselesaikan dengan sains dan teknologi," imbuhnya. Apakah diplomasi ilmu pengetahuan akan mampu mengubah sejarah? Fedoroff menjawab bahwa sejarah tidak seperti eksperimen sains.
Dalam eksperimen, ilmuwan dapat mengulangi kembali dan mencoba berulang kali. "Tapi dengan diplomasi sains, kita bisa melihat apa yang terjadi," ujarnya. Misalnya dalam Perang Dingin, peran ilmuwan dalam menciptakan teknologi tingkat tinggi tidak dapat dimungkiri.
Untuk menguatkan dukungan diplomasi sains dan teknologi,Fedoroff juga berusaha melobi Kongres untuk tetap meningkatkan dana dan anggaran. Dia mengakui anggaran yang dibutuhkan untuk diplomasi itu memang besar, tapi lebih besar dibandingkan dana perang.
"Tanpa meremehkan dana perang, anggaran untuk diplomasi sains mampu meningkatkan kerja sama antarpemerintah di seluruh dunia untuk mengikat satu hubungan yang saling menguntungkan," ujarnya. Sebagai pembelaan Federoff juga mengatakan sains dan teknologi juga telah terbukti menguntungkan AS dalam peranan global.Hal itu terbukti dengan ribuan mahasiswa dan ilmuwan yang menyerbu Amerika untuk belajar sains dan teknologi.
Melalui sains dan teknologi dunia menjadi lebih familier dengan AS, dalam hal ekonomi dan pola pikir. "Dengan sains dan teknologi, pemikiran AS menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pandangan dalam kehidupan orang," paparnya, sebagaimana dikutip situs Departemen Luar Negeri AS, state.gov.
Ke depan, Fedoroff menyarankan agar USAID menjadi alat pendukung utama bagi AS untuk mengembangkan diplomasi sains dan teknologi ke seluruh negara berkembang. Sains dan teknologi akan membangunkan sistem ekonomi yang masih lemah dan mengurangi jumlah orang miskin.
Fedoroff ditunjuk Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice sebagai penasihat sains dan teknologi pada Juli 2007. Fedoroff merupakan orang ketiga yang menduduki posisi itu. Posisi penasihat sains dan teknologi diisi sejak 2000 untuk mengembangkan prinsipprinsip kerja sama nasional dan internasional dengan komunitas teknokrat dan ilmuwan.
Dia mendapatkan tugas berat untuk memperkuat dan membangun jembatan bagi ilmuwan untuk memberikan pandangan dalam hal dampak teknologi dan sains bagi kebijakan luar negeri. Rice tidak salah pilih. Dengan latar belakangnya Fedoroff mampu melaksanakan tugas berat itu. (sindo//srn)
Senin, 25 Agustus 2008
Fedoroff Tawarkan Dimplomasi Sains dan Teknologi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar