SENSOR bahan bakar Atlantis mengalami kerusakan. Risikonya, Atlantis akan meledak apabila mesin terus menyedot tangki bahan bakar yang sudah kosong.
Badan antariksa AS NASA terpaksa menunda peluncuran pesawat ulang-alik Atlantis dari Sabtu (8/12/2007) menjadi paling cepat Minggu (9/12/2007). NASA harus menunda peluncuran Atlantis beberapa jam sebelum pesawat ulang-alik tersebut melesat karena kerusakan sistem sensor bahan bakar.
Sebelum meluncur, tangki-tangki bahan bakar hidrogen Atlantis berada dalam kondisi penuh. Namun, dua sensor bahan bakar Atlantis ternyata menunjukkan bahwa tangki-tangki tersebut kosong. NASA menduga, masalah berada pada kabel sensor bahan bakar tersebut.
"Atlantis sesungguhnya tetap bisa meluncur. Namun, risikonya sangat besar. Karena itu, peluncuran ditunda hingga paling cepat Minggu untuk menyelesaikan masalah ini," tandas Chairman Mission Management NASA (National Aeronautics and Space Administration) Leroy Caine. Atlantis memiliki mesin yang sangat rakus mengonsumsi bahan bakar.
Mesin Atlantis dapat menyedot hingga kering air dalam kolam renang rumah dalam waktu hanya 25 detik. Tanpa dukungan sensor bahan bakar, awak Atlantis dituntut mampu mematikan mesin secara tepat waktu sebelum bahan bakar habis, yakni sekira 8,5 menit setelah peluncuran.
Apabila awak Atlantis terlambat mematikan mesin, mesin akan terus menyedot tangki bahan bakar yang sudah kosong. Akibatnya bisa fatal, yakni mesin Atlantis meledak dan menghancurkan pesawat ulang-alik itu sendiri. Kerusakan sensor bahan bakar adalah masalah yang sudah lama merongrong pesawat ulangalik NASA.
Pada Juni 2005, peluncuran pesawat ulang-alik Discovery harus ditunda selama sepekan akibat masalah serupa. Penundaan akibat masalah tersebut juga terjadi pada September 2006. Insiden paling fatal terjadi pada 2003. Pesawat ulangalik Columbia meledak karena sensor rusak dan mesin terus menyedot bahan bakar yang kosong.
NASA bertekad meluncurkan Atlantis menjelang akhir tahun untuk mengangkut laboratorium sains angkasa luar Eropa Columbus. Dibangun dengan biaya USD2 miliar, Columbus sudah menunggu lima tahun untuk diluncurkan. Columbus akan digabungkan dengan stasiun antariksa internasional ISS. Badan antariksa Eropa ESA tentu saja kecewa atas penundaan ini. Namun, ESA bisa memaklumi karena sadar keselamatan adalah prioritas utama.
"Tentu saja kami ingin terbang tepat waktu. Namun, kami hanya bersedia terbang apabila keselamatan terjamin," tandas Program Manager ESA Alan Thirkettle. Columbus akan dipasang di ISS oleh tujuh astronot, termasuk astronot Prancis Leopold Eyharts dan astronot Jerman Hans Schlegel. Eyharts akan tinggal di ISS selama dua setengah bulan untuk mempersiapkan laboratorium sains di dalam Columbus.
Adapun Schlegel bertugas melakukan space walking (berjalan di angkasa luar) untuk menyambungkan Columbus dengan ISS. Dengan Columbus, Eropa berharap bisa menjadi bagian integral dari ISS, satu-satunya stasiun angkasa luar yang berfungsi. ISS adalah tempat percobaan mikrogravitasi yang penting untuk dijadikan landasan misi angkasa masa depan, termasuk pendaratan manusia di Mars.
Di samping Eropa, Jepang juga bertekad menggabungkan laboratorium angkasa luar dengan ISS. Bernama Kibo, laboratorium Jepang tersebut akan diluncurkan pada Februari 2008. Kibo diklaim sebagai laboratorium terbesar dan paling canggih yang akan dipasang pada ISS.
Namun, spesifikasi Kibo belum diungkap. Sebagai perbandingan, Columbus memiliki bentuk silinder dengan panjang 6,87 m dan diameter 4,49 m. Columbus berbobot lebih dari 10 ton ketika kosong dan 19 ton ketika penuh. Kibo konon jauh lebih besar daripada Columbus.
(sindo / / mbs)
Senin, 10 Desember 2007
NASA Berjuang Perbaiki Atlantis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar